Sejarah
Berawal
dari para tokoh masyarakat di desa kami yang ingin sekali melestarikan budaya
islam, dalam hal ini adalah membuat sebuah grup terbang (rebana), menurut hasil
analisa dan sumber cerita yang dapat dipercaya pada saat ini.
Grup
terbang (rebana) yang berdiri kurang lebih 20 tahun ini yang dirintis oleh para
tokoh masyarakat di desa kami telah melewati dari beberapa generasi yang
berbeda-beda. Saya termasuk kategori generasi yang ke 3 dari 5 generasi yang
ada pada saat ini
Generasi
pertama adalah sebuah grup terbang (rebana) yang ber anggotakan 9 orang yang
dimasa itu di pimpin oleh K.Muhammad (Alm), generasi ini adalah generasi
pelopor terciptanya benih2 kecintaan terhadap gemar bersholawat yang diterapkan
pada setiap generasi berikutnya.
Terlahir dari tokoh masyarakat yang
ada diwilayah kami saat itu, grup ini belum mempunyai nama sama sekali, grup
ini sudah berjalan dengan apa adanya dan sudah pernah tampil dimasyarakat
sekitar dengan berbagai acara, setelah tampil terus menerus akhirnya grup ini
diberi nama AL ITTIHAD.
Nama Al Ittihad ini diambil dari
nama Pondok yang ada di wilayah kami, tepatnya di desa Ngemplak gang 8 Undaan
Kudus, nama Al Ittihad ini diambil berdasarkan kebanyakan anggota grup ini
berasal dari santri-santri dari pondok tersebut.
Jenis grup ini adalah jenis grup
tebang papat atau istilah orang jawa mengatakan terbang tuo, grup ini selalu
exsis berperan pada zamannya. Seiring berkembangnya zaman terbang papat ini
sedikit tergeser dengan grup-grup yang baru lahir, tidak ingin ketinggalan
kereta maka para pengurus grup Al Ittidah juga ingin mengembangkan dan
meningkatkan kemajuan grup demi terciptanya generasi yang gemar bersholawat.
Kurang lebih pada tahun 1990an di
utuslah kader kader penerus generasi untuk belajar variasi pengembangan alat
dan lagu popular pada saat itu. Generasi itulah yang disebut generasi ke 2,
generasi yang belajar dari daerah kali tekuk yang terletak di daerah
karanganyar gajah Demak ini berjeniskan alunan variasi pukulan not terbang
habsy yang digunakan ketika acara maulid/al berjanji. Dan generasi ini pula
belajar di daerah Jojo yang terletak di daerah mejobo kudus. Di daerah ini grup
kami belajar tentang variasi not terbang jifin, perpaduan terbang dan jifin ini
sangat digemari setiap orang pada saat itu, dan sampai sekarangpun perpaduan
tersebut tetap terdengar enak dan banyak grup-grup sekarang ini yang masih
menggunakan perpaduan tersebut.
Konon cerita istilah jifin di ambil
dari grup yang ada di daerah Demak. Dan ada pula yang menyebutkan bahwa jifin
memang berasal dari Demak kota wali, dan istilah habsy sendiri konon cerita
berasal dari daerah pekalongan dan Surabaya itupun cerita dari sumber teman
saya yang mungkin bisa dipercaya bisa juga tidak. Yang pasti istilah jifin dan
habsy adalah not variasi terbang yang sangat popular sampai saat ini.
Tidak usah kami panjang lebarkan
tetang not jifin dan habsy tersebut, toh kalau saya salah menyebutkanya kami
tetap bersemangat untuk mencetak kader-kader generasi yang gemar bersholawat.
Nah dari situlah saya tetap optimis untuk melanjutkan menulis artikel ini.
Kembali ke sejarah, generasi grup Al
Ittihad yang kedua ini berjalan cukup lama sekali ketua grup pada generasi ke 2
saat itu bernama Bapak Tholipin. Beliau adalah seorang yang cukup
cekatan dalam hal memahami not terbang saat itu. Seiring bertambahnya umur
beliau dan berkembangnya zaman maka perlu diadakan reorganisasi kepengurusan.
Sekitar tahun 1998an ter bentuklah
kepengurussan yang baru yang disebut generasi ke 3 yang dipimpin oleh Bapak
Nor Rohim. Dimasa kepemimpinan beliau banyak sekali perkembangan dan
perombakan keanggotaan, kebanyakan yang direkrut pada saat itu adalah anak-anak
muda, salah satunya adalah saya sendiri, beliau berkiprah didunia rebana saat
beliau masih duduk di bangkau madrasah, tepatnya di madrasah Qudsiyah Kudus,
beliau termasuk anggota grup rebana di madrasah tersebut sebelum grup AL
Mubarrok Qudsiyah diresmikan oleh KH. Sya’roni Ahmadi.
Setelah berjalan beberapa tahun
memimpin grup Al Ittihad, sekitar tahun 2004 beliau menyerahkan jabatanya
sebagai ketua grup dikarenakan tempat tinggal beliau yang pada saat itu
berpindah ke Jepara. Pada waktu penyerahan tersebut dari para pengurus pondok
Al Ittihad mempunyai inisiatif untuk mencari seorang pengganti untuk
menggantikan kepemimpinan beliau ketika beliau mengadakan LPJ terakhir.
Dihari itulah terjadi reorganisasi
baru yang disebut sebagai generasi ke 4, generasi ke empat ini dipimpin oleh Bapak
Sudaikan, ketika beliau terpilih menjadi ketua banyak sekali perubahan
yang dilakukan, salah satunya adalah peremajaan alat dan juga penambahan alat
yang dibutuhkan pada saat itu. Dizaman beliaulah berbagai macam kegiatan
dilakukan, termasuk kegiatan latihan rutinitas yang dilakukan pada setiap malam
rabu setelah selesai kegiatan pondok yaitu kegiatan maulid nabi.
Generasi ke 4 ini membentuk sub grup
lagi yang mana didalam sub grup tersebut lebih didominan pada anak2 muda dan
lebih dikhususkan dalam jenis grup hadroh habsy. Berawal dari sinilah nama
AHBAABUL MUSTHOFA di mulai. Cerita awal dari sebuah nama Ahbaabul Musthofa
Undaan dapat anda baca pada artikel berikutnya. Atau klik disini
Terima
kasih telah membaca artikel sejarah singkat grup Al Ittihad Ngemplak Undaan
Kudus. Semoga menjadi berkah terhadap apa yang kita lakukan, “innamal a’malu
binniyat” dan semoga kita selalu dapat mengucapkan kalimat kalimat thoyyibah
sampai akhir hayat kita, dan juga menjadikan kita semua selalu hubbun nabi
dengan gemar berdzikir dan bersholawat kepada Nabi kita. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar